Rabu, 14 Juli 2010

KeSeHaTaN

MENOLONG PERSALINAN SESUAI APN

Tujuan APN adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yanga tinggi bagi ibu dan bayinya , melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yantg seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal)

KALA I
Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung mulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap pada permulaan His.Dimanana pada kala ini terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)hingga serviks membuka lengkap (10 cm) .Pada kala 1 Ibu masih dapat berjalan-jalan kala pembukaan ini berlangsung tidak begitu kuat.

a.Memberikan dukungan persalinan
Untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan yang mungkin akan terjadi pada Ibu pada saat persalinan ,sebaiknya petugas kesehatan mampu memberikan dukungan kekpada Ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayi nya.Petugas kesehatan juga harus mempu memberikan kenyamanan pada ibu,baik dari segi emosi ,perasaan maupun fisik.
Prinsi-prisip Umum Asuhan Sayang Ibu
 Menyapa Ibu dengan sopan ,bersikap dan bertindak tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang di ajukan oleh Ibu atau anggota keluarga nya
 Anjurkan suami dan aggota keluarga Ibu untuk hadir dan memberikan dukungan nya
 Waspadai gejala dan tanda –tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan yang sesuai jika diperlukan
 Siap dengan rencana rujukan.

Asuhan sayang Ibu yang dapat diberikan oleh petugas kesehatan kepada Ibu diantaranya:
 Memberikan dukungan emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi Ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayi nya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan Ibu. Hargai keinginan Ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta untuk menemani nya.
 Membantu mengatur posisi Ibu
Apabila Ibu tersebut tampak kesakitan ,anjurkan Ibu untuk mencoba melakukan perubahan posisi yang dapat membuat Ibu merasa nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi dimana posisi tersebut juga sebaiknya merupakan posisi yang di inginkan oleh Ibu.Dalam melakukan perubaha posisi,anjurkan juga suami dan pendamping lain nya untuk membantu Ibu dalam berganti posisi.
Ibu boleh berjalan, berdiri,duduk ,jongkok,berbaring miring,atau merangkak.Posisi tegak seperti berjalan,berdiri atau jongkok dapat membantu turun nya kepala bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan .Bantu Ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.Beritahukan kepada Ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit.
Alasan : Jika Ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isi nya atau janin,cairan ketuban ,Plasenta,dll akan menekan vena cava Inferior .Hal ini akan mengakibatkan turun nya aliran darah dari sirkulasi Ibu ke plasenta .Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin .Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan .
 Memberikan cairan dan nutrisi
Anjurkan Ibu untuk mendapatkan apapun( makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi .sebagian Ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan ,tetapi setelah memasuki fase aktif,mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja .Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan menawarkan makanan ringan selama proses persalinan.
Alasan:Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi .Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan / atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.





 Menggunakan kamar mandi secara teratur
Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih nya secara rutin selama persalinan ,Ibu harus berkemih sedikit nya setiap 2 jam,atau lebih sering jika Ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh.Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin ( amati atau lakukan palpasi tepat di atas simpisis pubis untuk mengetahui apakak kandung kemih penuh).Anjurkan dan antarkan Ibu untuk berkemih di kamar mandi.Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi,berikan wadah urin.
 Pencegahan Inpeksi
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi Ibu dan bayi nya.Hal ini merupakan unsur penting dalam asuhan sayang Ibu.Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga Ibu dari infeksi.Ikuti prakti-praktik pencegahan infeksi yang telah di tetapkan untuk mempersiapakan persalinan dan proses kelahiran bayi.
Anjurkan Ibu untuk mandi pada saat awal persalinan dan pastikan Ibu memakai pakaian yang bersih. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung tangan saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan Ibu dan bayi baru lahir.
Alasan: Pencegahan Infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian Ibu dan bayi baru lahir .Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur pencegahan infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi.
b. Pengurangan Rasa Sakit
Rasa sakit pada saat melahirkan sudah diketahui setiap orang,hal ini menyebabkan rasa takut Ibu menghadapi waktu yang semakin
dekat untuk bersalin.
Mengurangi rasa sakit/ memberikan ketenangan disebut dengan “Hypnobirting” yang berguna untuk meningkatkan ketenangan pikiran sehingg dapat menghadapi persalinan dengan nyaman.Dengan kondisi yang tenang ,ketenangan pikiran juga di rasakan bayi dalam kandungan .
Metode Hynobirting bisa dilakukan di usia kehamilan berapa pun.Namun umumnya dilakukan di usia kehamilan 7 bulan / 2 minggu sebelum proses persalinan.Hal ini bisa dilakukan 2 kali sehari / disaat pagi maupun menjelang tidur malam ,lama nya sekitar 10 sampai 15 menit
C..Persiapan Persalinan
Persalinan Kala 1 mempunayai tenggang waktu panjang yang memerlukan kesabaran pasien dan penolong.Mental penderita perlu dipersiapkan agar tidak cepat putus asa dalam situasi menunggu disertai sakit perut karena His yang makin lama makin bertambah Kuat .
Tindakan yang perlu dilakukan adalah :
1. Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
 Ruangan hangat yang bersih ,memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
 Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan memandikan Ibu sebelum dan sesudah melahirkan
 Air desinfeksi tinggkat tinggi ( air yang didih kan dan di dingin kan )untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum di lakukan periksa dalam perineum Ibu setelah bayi lahir.
 Kecukupan air bersih,klorin ,detergen ,kain pembersih,kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan ,lantai,perabotan,dekontaminasi dan proses peralatan.
 Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi Ibu dan penolong persalinan.Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah di dekontaminasi dengan larutan klorin 0.5 %, dibersih kan dengan detergen dan air sebelum persalinan di mulai dan setelah bayi lahir.
 Tempat yang lapang untuk Ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan ,melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi Ibu dan bayi nya setelah persalinan.
 Penerangan yang cukup,baik yang siang maupun malam hari.
 Tempat tidur yang bersih untuk Ibu
 Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
 Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir.
2. Persiapan perlengkapan ,bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi:
3. Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan
 Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong
 I bu bersalin dan melahirkan bayi Nya.
 Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai.


4. Persiapan rujukan
Jika terjadi penyulit,keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi Nya.
5. Memberikan asuhan sayang Ibu
Prinsip-prinsip umum asuhan sayang Ibu yang dijelaskan adalah :
 Menyapa Ibu dengan ramah dan sopan,bersikap dan bertindak tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Ibu dan anggota keluarga
 Anjurkan suami dan aggota keluarga Ibu untuk hadir dan memberikan dukungan Nya.
 Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan
 Siap dengan rencana rujukan.
Di dalam persiapan persalinan yang lebih penting adalah:
 Persiapan fisik: Ibu pada trimester III harus mempunyai fisik yang baik seperti kebutuhan gizi Ibu harus seimbang dengan janin tersebut.
 Persiapan mental:Ibu yang hamil akan mengalami perubahan fisiologis untuk mengadakan penyesuaian diri dengan kehamilan
 Persiapa materi yang cukup :Kita dapat memberikan materi yang cukup kepada Ibu dengan cara :
- Memberikan pengertian kepada Ibu tentang persalinan .
- Menunjukkan kesediaan untuk menolong dengan hati yang ikhlas
- Mengajak Ibu berdua untuk menyerah kan diri dan mohon bantuan Tuhan dengan agama nya.
- Memberikan gambaran yang jelas tentang jalan nya persalinan.
D. Pemenuhan kebutuhan fisik dan Psikologis

KALA II
Pada kala II dimulai, bila pembukaan serviks lengkap, umumnya pada kala I atau permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul atau ketuban pecah sendiri. Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita ingin muntah atau muntah disertai timbulnya rasa ingin mengedan kuat. His akan timbil lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin.




Ada 2 cara mengedan :
1. Waniata hamil dalam posisi berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit diangkat sehingga dagunya mendekati dadanya dan ibu hamil dapat melihat perutnya.
2. Posisi badan seperti no 1, tetapi posisi badan miring kekiri dan kekanan tergantung pada letak punggung anak, hanya satu kaki dirangkul yakni kaki yang atas. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada posisi kanan ibu.
Bila kepala janin telah sampai didasar panggul, vulva mulai membuka, rambut kepala janin sudah mulai tampak, perineum dan anus tampak mulai meregang, maka bila tanda-tanda diatas mulai tampak maka kita dapat memimpin persalinan. Dengan cara tangan menekan perineum dengan ujung-ujung jari tangan kanan melalui kulit perineum dicoba menggait dagu janin dan ditekan kearah simfisis dengan hati-hati. Dengan demikkian kepala janin dilahirkan perlahan-lahan keluar. Setelah kepala lahir diselidiki apakah ada lilitan tali pusat pada leher janin. Bila terdapat hal demikian, lilitan dapat dapat dilonggarkan atau dilepaskan dengan cara menjepit tali pusat 2 cunam kocher, kemudian diantaranya dipoting dengan gunting yang tumpul ujungnya. Setelah kepala lahir, kepala akan mengadakan putar paksi luar kearah letak punggung janin. Setelah janin lahir bayi sehat dan normal umunya. Segera menarik nafas dan menangis keras. Kemudian bayi dilketakkan dengan kepala dibawah kira-kira membentuk sudut 30 dengan bidang datar. Lendir pada jalan nafas segera dibersihkan atau dihisap pada penghisap lendir. Tali pusat digunting 5-10 cm dari umbilikus dan ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat dengan kuat. Ikatan dapat terlepas dan pendarahan tali pusat masih dapat terjadi dan membahayakan bayi.
Kemudian diperhatikan kandung kencing ibu bila penuh. Dilakukan pengosongan kandung kencing. Sedapat-dapatnya wanita bersangkutan disuruh kencing sendiri. Kandung kemih yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta, yang berarti menimbulkan perdarahan post partum.

MELAHIRKAN KEPALA
Setelah ada melihat puncak kepala tahan perineum dengan tangan kanan anda dibawah tangan kiri anda pada kepala bayi. Biarkan secara bertahap keluar dibawah tangan kiri anda dengan tangan kanan yang cukup kuat namun tidak menghalanginya.
Alasan:
Tindakan ini akan mengurangi robekan perineum akibat proses defleksi kepala janin yang tepat. Letakkan ibu jari dan jari telunjuk serta jari tengah kanan anda dilipatkan sengkangan pada sisi perineum. Awasi setelah seluruh kepala lahir, usap muka bayi menggunakan kain bersih. Apabila cairan ketuban mengandung mekonium, hisap cairan dari mulut dan hidung dengan menggunakan penghisap lendir setelah kepala lahir sebelum melahirkan bahu.

MEMBANTU KELAHIRAN BAHU
Setelah kepala janin keluar selanjutnya kita melahirkan bahu janin bagian depan dengan cara kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala janin ditarik perlahan-lahan kearah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak dibenarkan penarikan yang terlalu keras dan kasar oleh karena dapat menimbulkan robekan pada muskulus sternokledomastoideus, kemudian kepala janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu depan.

MELAHIRKAN SELURUH TUBUH BAYI
1. Saat bahu posterior lahir gesertangan bawah atau posterior kearah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
2. Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum.
3. Tangan bawah atau posterior menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir.
4. Secara simultan, tangan atas atau anterior untuk menelusuri dab memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior.
5. Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi kebagian punggung janin, bokong dan kaki.
6. Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan diantara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
7. Letakkan bayi diatas kain atau handuk ynag telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
8. Segera keringkan sambil melakukan rangsanagan pada tubuh bayi dengan kain atau selimut diatas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.

KEBUTUHAN IBU PADA KALA II
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan cara
 Mendampingi ibu agar merasa nyaman
 Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
2. Menjaga kebersihan ibu
 Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
 Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
3. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara
 Menjaga privasi ibu
 Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
 Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
 Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilh posisi berikut
• Jongkok
• Menunging
• Tidur miring
• Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dari infeksi.
4. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesesring mungkin
5. Memberikan cukup minum dan memberi tenaga serta mencegah dehidrasi
6. Memimpin mengedan
Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai APGAR rendah.
7. Ibu diminta bernafas sebagai kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.

KALA III
Kala III dimulai saat proses pengeluaran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta,proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala III persalinan berlangsung selama atau rata-rata antara 5-10 menit,akan tetapi tapsiran normal kala III sampai 30 menit,resiko pendarahan meningkat apabila kala III lebih lama dari 30 menit terutama antara 30 dan 60 menit ( 1-3) ( Varney H,2007 )

Kala III persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :
1. Fase pelepasan plasenta
2. Fase pengeluaran plasenta

Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,mulai terjadi lagi setelah berhenti singkat setelah kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2-2,5 menit selama kala III persalinan. Setelah bayi lahir kontraksi berikutnya tidak terjadi selama 3 – 5 menit. Kontraksi mungkin berlanjut setiap 4-5 menit,sampai plasenta telah lepas keluar,setelah itu uterus kosong dan berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik. Apabila tonus tidak baik seorang wanita akan mengalami peningkatan lochia dan kontraksi uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini menyebabkan nyeri setelah melahirkan ( Varney H,2007 )






Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempatnya implantasi dipakai beberapa perasat :

o Perasat Kustner :
Tangan kanan mereganngkan atau menarik sedikit tali pusat,tangan kiri menekan daerah atas simfisis bila tali pusat ini masuk kembali kedalam vagina,berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus,bila tetap atau masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta sudah lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan hati-hati,apabila hanya sebagian plasenta terlepas pendarahan akan banyak terjadi.

o Perasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau tarik sedikt tali pusat,tangan kiri mengetuk-ngetuk fundus uteri,bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta lepas dari dinding uterus,bila tidak terasa getaran berarti plasenta tidak lepas dari dinding uterus.

o Perasat Klien
Wanita tersebut disuruh mengedan,tali pusat tampak turun kebawah,bila pengedarannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.


o Perasat Crede
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar supaya plasenta lepas dari dinding uterus,hanya dipergunakan bila terpaksa. Misalnya pendarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan pendarahan post partum. (Wiknjosastro H,2007 )

Jika anda tidak yakin apakah plasenta telah lepas anda dapat mengecek denngan menggunakan modivikasi

o perasat Brande – Andreus :
Pegang tali pusat dan tegang pada introitus vagina dengan satu tangan dan gunakan klem untuk mengangkat,bawa ujung jari anda pada abdomen,dengan jari dekat satu sama lain lurus kebawah abdomen bawah tepat diatas simfisis pubis terlihat apa yang terjadi pada tali pusat,jika tali pusar mundur kedalam vagina plasenta belum lepas. Jika tali pusat terasa longgar dan panjangnya tetap sama atau memanjang melewati posisinya di introitus vagina berarti plasenta sudah lepas. ( Varney H,2007 )

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atua semua hal dibawah ini :
 Perubahan bentuk dan tinggi fundus,setelah bayi lahir dan sebelum miomerium mulai berkontraksi,uterus berbentuk bulat,penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,uterus berbentuk segitiga atau seperti buah alvukat dan fundus berada diatas pusat.
 Tali pusat memanjang,tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
 Semburan darah mendadak dan singkat ( Azwar A,2007 )









PEMANTAUAN PARTOGRAF

Parttograf adalah alat bantu untuk memantau Kemajuan Kala I Persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik .
Partograf WHO dimodifikasikan untuk menyederhanakan dan mempermudah penggunaaannya.
Tujuan utama penggunaan dari partograf adalah untuk :
• Mencatat hasil observasi dan kemajuan Persalinan dan menilai pembukan serviks melalui periksa dalam
• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal .Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
• Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, grafik kemajuan persalinan , bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsistensi, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
• Mencatat kemajuan persalina
• Mencatat kondisi ibu dan janinnya
• Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
• Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.
• Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Partograf harus digunakan :
• Untuk semua ibu dalam fase aktif Kala I persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangar membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dam membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
• Selam persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan, RS, Dll )
• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya ( spesialis obstetric, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mhasiswa Kedokteran
PROGRAM KIE DALAM PELAYANAN KB


KOMUNIKASI
Adalah suatu proses pelayanan pesan dari satu individu ke individu lainnya atau dari komunikan ke komunikator.

INFORMASI
Adalah suatu hal pemberitahuan / pesan yang diberikan kepada seseorang atau media kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya.

EDUKASI
Secara Umum
Adalah Suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis ,terencana dan terarah dengan partisipasi aktif dari individu ke kelompok maupun masyarakat umum untuk memecahkan masalah masyarakat sosial , ekonomi dan budaya.


Secara Khusus
Adalah Suatu bentuk atau model pelaksanaan organisasi soaial masyarakat dalam memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan pokok penekanan sebagai hal berikut:
 Pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah
 Pengembangan Provider merupakan bagian dari proses pengembangan masyarakat secara keseluruhan.


Tujuan Pendekatan Secara Edukasi sbb:

 Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
 Pengembangan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalah secara swadaya dan gotong royong.





Defenisi KIE
Adalah Suatu proses penyampaian pesan ,informasi yang diberikan kepada masyarakat tentang program KB baik menggunakan media seperti:Radio,T ,Pers, Film,Mobil unit penerangan ,penerbitan ,kegiatan promosi ,pameran dengan tujuan utama adlah untuk memecahkan masalah dalam lingkungan masyarakat dalam meningkatkan program KB atau sebagai penunjang tercapainya program KB.


TUJUAN KIE
♥Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan untuk memberikan informasi yang sejelas2nya tentang aspek medis kontrasepsi kepada calon peserta KB,yang kemudian mengajak mereka untuk menggunakan cara kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya.
♥Membantu klien dalam mengambil keputusan secara tepat dan cepat
Pedoman untuk memilih metoda adalah sbb:
a. Sebelum memilih metoda atau media penyuluhan apa yang akan digunakan dalam rangka motivasi keluarga berencana ,maka harus diperhatikan terlebih dahulu hal-hal sbb:
1. Suatu metoda / media penyuluhan yang berhasil digunakan pada seorang individu atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan ,belum tentu berhasil pula jika diterapkan kepada individu atau kelompok masyarakat lainnya.
2. Gabungan bebrapa metoda / media penyuluhan selalu lebih bermamfaat dari pada hanya menggunakan satu metoda /media penyuluhan saja.
b. Untuk dapat memilih metoda/media penyuluhan yang sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya maka perlu diperhitungkan faktor-faktor sbb:
♥Membina kelestarian peserta KB
♥Meningkatkan pengetahuan ,sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru.







JENIS KIE

1. KIE Individu:Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan individu sasaran program KB.
2. kie Kelompok:Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan kelompok (2-15 orang)
3. KIE Massa:Suatu proses KIE tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.


JENIS-JENIS KIE
 Penyuluhan dengan tepat dan benar
 Sharring secara pribadi dengan klien.


PRINSIP LANGKAH KIE
Pemantapan kelestarian ber_KB dengan metode kontrasepsi efektif terpilih.
Mengarahkan gerakan KB nasional kepada gerakan yang menuntut partisipasi dari seluruh masyarakat.
Menumbuhkan lingkungan yang mendukung terhadap peningkatan penggunaan kontrasepsi.
Meningkatkan kualitas pelayanan KIE melalui analisa sasaran yang semakin tajam ,kesepakatan pengelola program, perkembangan isi pesan yang berkaitan dengan reproduksi sehat.

Menurut Media yang digunakan ,kegiatan KIE dapat diperincikan sbb:
 Radio
 Televisi
 Pers/Surat kabar
 Film
 Mobil Unit Penerangan
 Penerbitan/Publikasi
 Kegiatan Promosi
 Pameran
Langkah-Langkah yang diLakukan sbb:

 Menentukan sasaran
 Srategi
 Isi pesan
 Indikator Keberhasilan
 Waktu
 Tempat


Beberapa tahap dalam proses penerimaan atau penolakan seseorang terhadap keluarga berencana dalam kegiatan penerangan dan motivasi Keluarga Berencana adalah sbb:
Tahu Secara Sepintas (awarenest)
Individu mengetahui adanya KB ,tetapi ia belum mempunyai informasi yang mendalam tentang sifat dan kegunaan gagasan tersebut.Ia mengetahui adanya KB dari berbagai sumber surat kabar ,radio ,TV dan lain-lain.

Tertarik (interest )
Individu mulai menaruh perhatian terhadap persoalan KB ,dalam taraf ini individu ingin mengetahui lebih banyak tentang KB dengan sungguh-sungguh keterangan-keterangan atau penjelasan-penjelasan yang diperolehnya dari berbagai sumber
.
Penilaian (Evaluation)
Setelah individu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB ,ia akan menilai untung ruginya KB bagi dirinya dan keluarganya.

Percobaan (Trial)
Dalam tahap ini individu mencoba menjalankan metoda atau cara KB yang diinginkannya.
Hasil dari percobaan ini ada dua kemungkinan:
1. Menerima dan melaksanakan KB (adopsi)
2. Menolak Keluarga Berencana (KB)



Adopsi (Menerima atau Melaksanakan sesuatu yang baru)
a) Terus Adopsi
Kalau individu terus merasa puas ,baik dari segi alat atau obat pencegah kehamilan maupun dari segi pelayanan petugas KB ,ia akan terus menerima dan melaksanakan KB.
b) Kemudian Menolak
Kalau individu merasa sudah menerima dan melaksanakan KB kemudian merasa tidak puas ,baik karena obat /akibat pencegah kahamilan yang dipakai maupun akibat pelayanan petugas KB yang mengecewakannya,maka ia menolak yang berarti berhenti menerima dan melaksanakan KB.Keadaan ini bisa kita kenal sebagai” drop out”.

Apabila dalam tahap tahap percobaan (trial) individu merasa tidak puas atau tidak senang ,ia akan menolak KB.
Dalam hal ini petugas KB hendaknya dapat memberikan bimbingan dan pembinaan terus-menerus ,serta tidak merasa kecewa karena individu seperti ini masih mempunyai 2 kemungkinan yaitu sbb:
1 Terus Menolak
Kalau individu tersebut merasa tidak puas dan tidak senang maka ia akan menolak
2 Kemungkinan Menolak
Kalau kemudian ternyata ia merasa puas dan senang ,sesudah mendapat bantuan petugas KB,maka ia akan menerima.
PENGISIAN KOHORT IBU

Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalinan serta keadaan atau resiko yang dimiliki ibu.Petunjuk pengisian Register Kohort Ibu:
Kolom:
1. Diisi nomor urut
2. Diisi nomor indeks dari family folder SP2TP
3. Diisi nama ibu hamil
4. Diisi nama suami ibu bersalin
5. Diisi alamat ibu hamil
6. Diisi usia ibu hamil yang sebenarnya dengan
7. Angka ,misalnya usia 23 tahun diisikan pada
8. Kolom 7
9. Diisi usia kehamilan ibu pada kunjungan pertama
10. Dengan angka ,misalnya 20 minggu
11. Pada kolom 10
12. Diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh
13. Ibu yang bersangkutan ,misalnya kehamilan
14. Ke-14 ,diisikan angka 4 pada kolom 13
15. Diisikan tanggal ditemukan ibu dengan berat badan kurang dari 45kg pada trimester II
16. Pada tanda ()bila tinggi badan ibu <145cm
17. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan Hb<8g%
18. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan tekanan darah 160/95 mmHg.
19. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi
20. NK=non-kesehatan K=kesehatan
21. Diisi tanda ()bila jarak kehamilan <2 tahun
22. atau >2 tahun
23. Diisi tanggal ibu ahmil mendapat imunisasi TT1
24. TT2
25. TT ulang
26. – 49 Diisi tanggal pada bulan yang sesuai dengn kunjungan ibu hamil dan kode
o untuk K1
# untuk K4
. untuk persalinan
+ untuk kematian ibu
Contoh:K4 pada tanggal 21 januari ,dituliskan 21 # pada kolom26 dan 38
50.Diisi tanda ()sesuai pertolongan persalinan TK (Tenaga Kerja)
51.DT(dukun terlatih)
52.DTT(dukun tadak terlatih)
53.Diisi tanggal kelahiran
54.LH(lahir hidup)
55.LM(lahir mati)
56.Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan ,salama masa nifas (diharapkan 2 kali kunjungan )
57.Disi tanda lidi setiap kunjungan ,selama periode pasca nifas sampai 2 tahun (diharapkan minimal 4 kali kunjungan setiap tahun)
58.Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang bersangkutan
60 LANGKAH PEMASANGAN IUD

1. PERSIAPAN ALAT
1. Bak instrument Steril berisi IUD Kit
 Spekulum Bivalve 1 buah
 Tenakulum
 Sonde uterus
 Forse / Korentang / Oval Klem
 Gunting Lurus
 Kasa steril
 Duk 1 buah
 Hand scud 2 pasang
 Alas bokong
 Penutup perut

2 .Cairan anti septic ( lengkap dengan kom kecil )
3. Kapas kering dalam kom tertutup ( kapas cebok )
4. Kom tertutup berisi cairan DTT
5. Nearbeken 1 buah
6. Senter ( lampu sorot )
7. Tempat sampah Basah ( terkontaminasi )
8. Tempat sampah kering
9. Ember tertutup 1 buah
10. Ember tertutup berisi larutan clorin 0,5 %
11. Kain lap pribadi
12. Waskop berisi larutan klorin 0,5 %
13. Waskop berisi larutan DTT
14. Coper T>380 A IUD yang belum rusak dan terbuka.
15. Obat- obatan


11.KONSELING AWAL
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan Tanyakan tujuan kedatangannya.
2. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi ( termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversible ) :
 Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut.
 Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tersebut.
 Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin akn dialami.
 Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami klien.
 Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.


111. KONSELING METODE KHUSUS
5 .Berikan jaminan akan rahasia yang diperlukan klien
6. Kumpulkan data- data pribadi klien ( nama, alamat, dan sebagainya )
7. Tanyakan Tujuan Keluarga Berencana yang diinginkan ( apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER/ PRIMARY HEALTH CARE (PHC) /PKMD

A. PENGERTIAN PHC
Pelayanan kesehatan primer /PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan. adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setaip tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self Detemination).
TINJAUAN SEJARAH
Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO ke 30. pada konferensi internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada tanggal 12 september 1978, ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu dengan PHC. resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000 (HFA 2000) atau sehat untuk semua ditahun 2000 adalah merupakan target resmi dari bangsa-bangsa yang tergabung dalam WHO.
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah
1. Perkembangan sosial dan ekonomi
2. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
3. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi.
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC. adalah Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986.
KONSEP PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.





B. TUJUAN PHC
1. TUJUAN UMUM
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
c. pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
C. RUANG LINGKUP PHC
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
8. Penyediaan obat-obat essensial.

CIRI-CIRI PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja



TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM PHC
1. Mendorong partisipasi aktif dalam pengenbangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
KESIMPULAN
PHC merupakan strategi untuk menyajikan pelayanan kesehatan essensial kepada masyarakat.
Para petugas pada sistem PHC merupakan mitra dalam berbagai kegiatan bersama-sama dengan anggota masyarakat
PHC menandaskan pelyanan kesehatan yang terbayar, bisa dijangkau, tersedia dan bisa diterima
Pengkajian masyarakat, menentukan prioritas kesehatan, Implementasi aktifitas melaksanakan evaluasi merupakan aspek-aspek perawatan kesehatan masyarakat yang dipakai PHC
Menghimbau masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, menyiapkan diri untuk mendapatkan kesempatan melaksanakan perawatan sendiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan dan sosial.
Memberikan penyuluhan kepada penduduk mengenai perkembangan kesehatan dan sosial untuk membantu diri mereka meraih perawatan mandiri, mengambil keputusan sendiri dan mempercayai diri sendiri.
Target dari PHC adalah seluruh masyarakat dan bukan individu.
PHC berbeda dengan pelayanan primer. Pelayanan primer merupakan komponen dari PHC
Para petugas kesehatan masyarakat berpartisipasi dalam implementasi PHC
TIM PHC terdiri dari perawat, dokter gigi, apoteker, penyuluhan kesehatan, ahli sanitasi dan ahli diet.
Perawat yang efektif dari sistem PHC bekerja dekat dengan penduduk, masyarakat dengan sumber-sumber dan dengan profesional-profesional lain dimasyarakat yang bersangkutan.
Perawat di tim PHC membutuhkan kepemimpinan yang disertai keterampilan manajemen.



A. Pengertian PKMD
 Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
 PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976)
 PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)
Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD tersebut diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
 Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan operasional terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi displiner (multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.
 Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif, hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan nasional ini.
 Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih nyata
 Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam memacu secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan PKMD.


B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
1. Tujuan khusus
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d. Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
- Angka kesakitan menurun
- Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
- Angka kelahiran menurun
- Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
D. Ruang Lingkup
Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama lingkungan dan faktor perilaku masyarakat oleh karenanya kegiatan PKMD tidak terbatas dalam bidang pelayanan kesehatan saja, akan tetapi menyangkut juga kegiatan diluar kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan status kesehatan dan perbaikan mutu hidup masyarakat.
Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk meningkatkan pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil belajar, dan sebagainya.
Penegmbangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan tetapi juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yanga berpenghasilan rendah.
Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu (posyandu) 5 program, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare juga merupakan salah satu bentuk dari kegiatan PKMD.




LANGKAH PEMETAAN PKMD
1. Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu dari 8 unsur Primary Haelath Care sebagai berikut:
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta perlindungannya.
b. Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.
c. Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
d. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi untuk penyakit yang utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
h. Penyediaan obat esensial.
2. Pengembangan dan Pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut:
a. Berpedoman pada GBHN.
b. Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor melalui pendekatan edukatif.
c. Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur, Bupati, atau Camat.
d. Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.
e. Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa.
f. Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan berfungsi sebagai dinamisator.
Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD

1. Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah
2. Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka
3 Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka
4. Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat
5. Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara para pembina maupun antara pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.

IUD

(INTRA UTERIN DEVICE)

Pada tahun 1909 Richter melaporkan pengalamannya dengan IUD yang terbuat dari usus ulat sutera. Grafenberg juga pada tahun 1909 memulai kerjanya dengan usus ulat sutera dan kemudian membuat lingkaran usus yang dipertahankan oleh suatu kawat yang mengandung Ag dan Cu. Pada akhir dasawarsa 1960-antenatal care Zipper menemukan IUD yang mengandung Cu, scommegna kemudian menemukan IUD yang mengandung hormon progesteron (progestasert – T)

Saat ini kurang lebih 85 juta wanita di seluruh dunia yang menggunakan IUD, dimana kira-kira 70% dari padanya ada di RRC. Dari data yang dikumpulkan pada tahun 1982, tercatat 2,2 juta wanita akseptor IUD di Amerika Serikat. Tetapi sejak tahun 1982, timbul sejumlah kejadian artikel yang terbit mengupas perihal konsekuensi serius dari infeksi pelvis yang menyebutkan IUD sebagai penyebab dari timbulnya infertilitas.

PENGGOLONGAN IUD

1. Un – Medicated Devices

Misalnya :

§ Lippes loop (dianggap sebagai IUD standart)

§ Delta loop : modified lippes loop

Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post-partum

2. Medicated Devices

a. Mengandung logam

AKDR – Cu generasi pertama (First Generation Copper Devices)

§ CUT – 200 = Tatum – T

§ Cu – 7 = Gravigard

§ MLCU – 250

AKDR – Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices)

§ CUT – 380 A = paragard

§ CUT – 380 Ag

§ CUT – 220 C

§ Nova – T = novagard : mengandung Ag

§ Delta – T : modified Cut – 220 C

Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post partum

§ MICU – 375

b. Mengandung hormon : progesterone atau levonorgestrel

§ Progestasert = Alza – T, dengan daya kerja 1 tahun

§ ING – 20 : mengandung levonorgestrel

Mekanisme Kerja IUD

Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan :

1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping itu, dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi

3. Gangguan /terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii

5. Immbobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri

6. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuah sel telur (mencegah fertilisasi)

7. Untuk mengandung Cu

a. Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anydrase sehingga tidak memungkin terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phosphatse

b. Mengganggu pengambilan estrogen andogenous oleh mucosa uterus

c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium

d. Mengganggu metabolisme glikogen

Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempunyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari Cu sehingga Cu lebih lama habisnya.

8. Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone

  1. Gangguan proses pematangan proliferatif – sekretroir sehingga timbul penakanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual/progestational)
  2. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin

Efektivitas IUD

1. Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal in-utero

Tanpa :

§ Ekspulsi spontan

§ Terjadinya kehamilan

§ Pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi

2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :

  1. IUD-nya

§ Ukuran

§ Bentuk

§ Mengandung Cu atau progesterone

  1. Akseptor

§ Umur

§ Paritas

§ Frekuensi senggama

3. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui

a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD

b. Makin muda usia, terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran IUD

4. Dari uraian di atas, maka use-effectivensi dari IUD tergantung pada variabel administratif, pasien dan medis, termasuk kemudian insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis

Angka Kegagalan IUD

1. Belum ada IUD yang 100 % efektif

2. Angka kegagalan untuk

§ IUD pada umumnya : 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per tahun

§ Lippes loop dan first generation Cu IUD : dua kehamilan per 100 wanita per tahun

§ Second generation Cu IUD

<>

Kontraindikasi Insersi IUD

1. Kontra indikasi absolut

  1. Infeksi pelvis yang aktif (akut – sub akut) termasuk persangkaan gonorrhoe atau chlamydia
  2. Kehamilan atau persangkaan kehamilan

2. Kontra indikasi relatif kuat

  1. Partner seksual yang banyak
  2. Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
  3. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
  4. Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang akuren, post partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir
  5. Cervicitis akut atau purulent
  6. Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
  7. Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik
  8. Pernah mengalami infeksi pelvik satu kali dalam masing menginginkan kehamilan selanjutnya
  9. Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, DM, dan lain-lain)

3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra – indikasi untuk insersi IUD

§ Penyakit katup jantung

§ Keganasan endometrium atau serviks

§ Stenosis serviks yang berat

§ Uterus yang kecil sekali

§ Endometriosis

§ Myoma uteri

§ Polip endometrium

§ Kongenital uterus

§ Dismenore yang berat

§ Anemia

§ Pernah mengalami problem ekspulsi IUD

§ Leukore atau infeksi vagina

§ Riwayat infeksi pelvis

§ Riwayat operasi pelvis

§ Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan dimasa yang akan datang

§ Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri rekor IUD

§ Darah haid yang banyak atau perdarahan bercak (spotting)

Insersi IUD

1. Permasalahan pada insersi IUD

  1. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan

§ Ekspulsi

§ Kerja kontraseptif tidak efektif

§ Perforasi uterus

Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal yaitu :

§ Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya

§ Waktu / saat insersi

§ Teknik insersi

§ Penjelasan prosedurnya kepala calon akseptor

§ Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus

§ Tehnik a dan anti sepsis

§ Penempatan IUD setinggi mungkin di dalam uterus tanpa menembus myometrium

Ukuran dan Macam IUD

§ Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya

§ Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya

Waktu / Saat Insersi

a. Insersi intrval

Kebijakan sekarang

Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin seyakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.

b. Kebijakan lama

Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan :

§ Ostium uteri lebih terbuka

§ Canalis cervicalis lunak

§ Perdarahan yang timbul karena prosedur insersi

§ Tertutup oleh perdarahan haid yang normal

§ Wanita pasti tidak hamil

Tetapi akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena :

§ Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid

§ Dilatasi canalis servicalis adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid – siklus

§ Memudahkan calon akseptor pada setiap saat ia datang ke klinik KB

  1. Insersi Post – partum

Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi. IUD yang dipakai atau dan yang sedang dicoba

§ Delta loop = modified lippes loop D

§ Delta T = modified cut – 220 C

Kedua IUD tersebut diberi benang chromic catgut pada lengan atasnya, dengan maksud benangnya akan tertanam ke dalam endometrium dan menahan IUD-nya di tempatnya selama involusi uterus. Benangnya secara perlahan-lahan akan larut dalam waktu 6 minggu.

§ Modified delta loop

§ Modified delta – T

Kedua IUD tersebut diberi tonjolan-tonjolan yang terbuat dari bahan polimer yang biodegradable yang akan larut secara perlahan-lahan.

§ Post partum T

Mempunyai lengan atas tambahan pada bagian bawah batang IUD, sepanjang 2 cm yang menjurus ke atas dan ke arah luar insersi IUD post-partum tidak mempunyai efek pada kuantitas atau komposisi dari ASI.

  1. Insersi Post – Abortus

Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah :

§ Abortus trimester I

Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama seperti pada insersi interval.

§ Abortus trimester II

Ekspulsi 5 – 10 kali lebih besar dari pada setelah abortus trimester I

Dari penyelidikan ternyata bahwa lippes loop lebih sering menyebabkan komplikasi dibandingkan Cu IUD.

  1. Insersi Post – Coital

Pengukuran Uterus

1. Dari penyelidikan didapatkan bahwa efek samping lebih sering timbul pada ukuran uterus yang berada di luar batas-batas normal (6,5 – 8 cm)

2. Alat-alat yang dikembangkan untuk mengukur dengan lebih akurat panjangnya cavum uteri, misalnya

a. Hasson wing sound I

b. Hasson wing sound II untuk panjang dan lebar cavum uteri

c. Cavimeter

Teknik Insersi

Ada 3 cara :

§ Tehnik push out = mendorong : lippes loop

Bahaya perforasi lebih besar

§ Tehnik withdrawal = menarik : Cu IUD

§ Tehnik plunging = “mencelupkan” : progestasert – T

Prosedur Insersi IUD

1. Pemberian analgetika dan sedativa bila diperlukan

2. Pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding vagina

3. Bila mungkin, kerjakan papanicolaou smear dan perhatikan bakteriologis terhadap gonorrhoe

4. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi dan mobilitas uterus serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya

5. Pasang kembali spekulum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan dinding vagina

6. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mempengaruhi perdarahan dan resiko perforasi

7. Lakukan sondage uterus

8. Masukkan IUD sesuai dengan macam alatnya

Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi mungkin di fundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus, jangan dipaksakan keluarkan alatnya dan lakukan re – insersi

9. Keluarkan tabung insertersnya

10. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2 – 3 cm dari ostium uteri eksternum

11. Keluarkan tenakulum dan spekulum

Catatan : IUD jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di dalam tabung insersinya, karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama untuk lippes loop).

Uraian Macam-Macam IUD

1. Un-Medicated IUD

Lippes loop

§ Diperkenalkan pada awal 1960-antenatal care dan dianggap sebagai IUD standard, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah barium sulfat

§ Ada empat macam IUD lippes loop

§ Cara insersi : push – out

§ Lippes loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya

2. Medicated IUD

Copper IUD

Yang paling kenal sampai saat ini adalah :

§ Cut – 200 : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm2 Cu (luas permukaan Cu-nya)

Tatum T : daya kerja : tiga tahun

Cara insersi : withdrawal

§ Cut – 200 B : seperti Cut – 200, tetapi ujung bagian bawah batang IUD berbentuk bola

§ Cut – 200 Ag : seperti Cut – 200, tetapi mengandung inti Ag di dalam tembaganya

§ Cut – 220 C : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm2 Cu di dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya.

Dava kerja : tiga tahun

Cara insersi : withdawal

§ Cut – 380 A : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2 pada masing-masing lengan horizontal. Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun)

§ Cut – 380 Ag : seperti Cut – 380 A, hanya dengan tambahan inti Ag di dalam kawat Cu-nya. Daya kerja : 5 tahun

§ Cut – 380 S : Cut – 380 slimline

Selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung lengan horizontalnya dan beberapa di dalam plastiknya. Daya kerja : 2,5 tahun

§ Nova – T : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu dengan anti Ag di dalam kawan Cu-nya.

Daya kerja : 5 tahun

Cara insersi : withdrawal

§ ML Cu – 250 : 220 mm2 luas permukaan kawat Cu

Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna.

Daya kerja : 3 tahun

Cara insersi : withdrawal

Ada tiga bentuk Ml Cu – 250

§ Standar : panjang 35 mm, lebar 18 mm

§ Short : panjang 29 mm, lebar 18 mm

§ SL : panjang 24 mm, lebar 18 mm

§ Cu – 7 : panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200 mm2 luas permukaan Cu, mempunyai tabung inserter diameter paling kecil dibandingkan tabung inserter IUD lain-lainnya sehingga dapat dianjurkan untuk nulligravid.

Daya kerja : 3 tahun

Cara insersi : withdrawal (dapat pula push-out)

§ MPL – Cu 240 Ag : 240 mm2 luas permukaan Cu, dengan inti Ag di dalam kawat Cu nya

Daya kerja : 3 – 5 tahun

Cara insersi : withdrawal

Ada 3 bentuk MPL – Cu 240 Ag :

Ukuran 0 : panjang 26 mm, lebar 18 mm, untuk kuran rahim, 7 cm atau nuligravid

Ukuran 1 : panjang 31 mm, lebar 23 mm, untuk ukuran rahim 7 – 8 cm

Ukuran 2 : Panjang 25 mm, lebar 30 mm, untuk ukuran rahim, 8 cm atau para – 4 atau lebih

§ Utering 330 Cu : terbuat dari plastik polyethylene, dengan lebar tepi diagonal 15 mm, kawat Cu berdiameter 0,4 mm dengan luas permukaan Cu lebih dari 300 mm2, melingkari sekitar batangnya dan tanpa benang ekor. Tabung inserter berdiameter 4 mm.

Daya kerja : 3 tahun

Pengeluaran : dengan ekstraktor IUD

Keuntungan Cu IUD :

§ Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post partum maupun post abortus

§ Kehilangan darah haid lebih sedikit

§ Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan paritas rendah

§ Ukuran tabung inserter lebih kecil

Kerugian Cu IUD

§ Perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun

§ Lebih mahal

IUD yang mengandung Hormon

Progestasert – T = Alza T

1. Panjang 86 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam

2. Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari

3. Tabung inserter-nya berbentuk lengkung (meniru lekuk lengkungan cavum uteri)

4. Daya kerja : 18 bulan

5. Tehnik insersi : plunging (modified withdrawal)

Keuntungan IUD yang mengandung hormon yaitu mengurangi volume darah haid (dapat sampai dibawah tingkat pra – insersi)

Kerugian IUD yang mengandung hormon

§ Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD

§ Harus diganti setelah 18 bulan

§ Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak/spotting

§ Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi

Efek samping dan komplikasi IUD

Efek samping dan komplikasi IUD dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu sebagai berikut :

1. Pada saat insersi

2. Dikemudian hari

Efek samping dan komplikasi pada saat insersi IUD

§ Rasa sakit / nyeri

Pengobatan : analgetika atau prostaglandin – inhibitor

§ Muntah, keringat dingin dan syncope

  1. Terjadi pada 1%
  2. Penyebab : reaksi vaso – vagal
  3. Pencegahan : pemberian atropin 0,4 – 0,5 mg IM / IV, sedativa ringan dan anastesi lokal
  4. Pengobatan : istirahat dalam posisi horizontal

§ Perforasi uterus

  1. Angka kejadian kira-kira 1,2 per 1000 insersi IUD
  2. Lebih sering terjadi pada tehnik insersi push – out
  3. Perforasi dapat :

- Partial

- Komplit

  1. Gejala-gejala perforasi

- Rasa sakit / nyeri yang tiba-tiba perdarahan

- Tetapi perforasi dapat pula a – symptomatis atau silent

  1. Di kemudian hari persangkaan adanya perforasi

o Benang ekor IUD tidak teraba dan tidak terlihat dan akseptor tidak pernah merasa IUD-nya keluar pervaginam

o Perdarahan post insersi

o Kehamilan

Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari

o Rasa sakit dan perdarahan

a. Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian IUD, yaitu kira-kira 4 – 15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian rasa sakit dan perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD

b. Perdarahan yang bertambah banyak dapat berbentuk :

o Volume darah haid bertambah, kecuali pada IUD yang mengandung hormon

o Perdarahan yang berlangsung lebih lama

o Perdarahan bercak/spotting diantara haid

Sebab-sebab dari timbulnya perdarahan haid yang lebih banyak (menorrhagi) belum diketahui pasti

o Embedding dan displacement

IUD tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrim

Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan

o Infeksi

a. Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan pemakaian IUD

b. Akseptor IUD mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non akseptor KB. Risiko timbulnya PID terutama dalam bulan-bulan pertama setelah insersi IUD (empat bulan pertama)

c. Penyakit akibat hubungan seks (PHS)

Partner seksual yang banyak

d. Umur

Di negara-negara yang sedang berkembang, resikonya sama untuk wanita usia muda maupun usia tua sedangkan di negara-negara maju risiko lebih besar pada wanita <>

Memasukkan Lengan AKDR Coppert 308 A Di dalam Kemasan Sterilnya

Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau memasukkan lengannya sampai dipastikan bahwa klien dapat dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan panggul, termasuk pemeriksaan spekulum dan bimanual). Jangan memasukkan lengan AKDR dalam tabung inserter lebih dari 8 menit sebelum dimasukkan ke dalam uteru. (Pada waktu memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya tidak perlu memakai sarung tangan steril dan DTT).

Langkah 1

Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter (sebagian batang AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum dibuka) dan ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada didekat tempat membuka kemasan.

Langkah 2

Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih dengan kertas penutup yang transparan berada di atas, buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari tempat AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru.

Langkah 3

Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai AKDR keluar dari tabung inserter) kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka dilipat ke setiap sisinya dan dipegang mengangkat, sehingga pendorong tetap steril waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung batang AKDR.

Langkah 4

Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke atas.

Langkah 5

Pegang dan tahan ke2 ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukuran dan ujung kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga lengan AKDR berada di atas pengukur, sambil tetap memegang ujung ke 2 lengan, dorong inserter dengan di tangan kanan sampai ke pangkal lengan.

Langkah 6

Tahan ke 2 lengan yang sudah berlipat lipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati ke 2 ujung lengan, kemudian dorong kembali dan putar ke 2 ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter, sehingga tabung inserter jangan didorong terus kalau sudah terasa ada tahanan.

Langkah 7

Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter. Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang AKDR) sama panjangnya dengan ke dalaman kavum uteri yang lelah diukur dengan sone. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal sebidang dengan lengan AKDR.

Langkah 8

AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus, buka seluruh penutup transparan secara hati-hati, pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal agar AKDR dan pendorong tidak jatuh, jangan melepas AKDR sebelum tabung inserter mencapai fundus. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh permukaan yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.

Pemasangan AKDR Coppert T 380 A

Langkah 1

Tarik tenakulum (yang masih menyepit serviks sesudah melakukan sonda uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus, masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke dalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.

Langkah 2

Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).

Langkah 3

Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter. Setelah pendorong keluar dari tabung inserter. Dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.

Langkah 4

Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3 – 4 cm, potong benang tersebut dengan menggunakan gunting maya yang tajam.

Dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu keluarkan seluruh tabung insertes dari kanalis servitalis. Gunakan forsep untuk menjepit benang AKDR kurang lebih 8 – 4 cm dari lubang serviks. Frosep didorong ke arah uterus dan potong benang di depan jepitan forsep. Sehingga benang yang tersembul hanya 3 – 4 cm, memotong benang dengan menggunakan cara ini dapat mengurangi resiko tercabut AKDR lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahan berhenti.

Pencabutan AKDR Copper T 380 A

Langkah 1

Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persiapan klien untuk bertanya.

Langkah 2

Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.

Langkah 3

Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.

Langkah 4

Pencabutan normal. Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klam lurus atau lengkung yang sudah didisenfeksi tingkat tinggi dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat AKDR biadanya dapat dicabut dengan mudah untuk mencegah benangnya putus tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR pelan-pelan.

Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri.

Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klem tidak mengeluh sakit, bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uteru dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem jangan menggunakan tenaga yang besar.

Langkah 5

Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dua kondisinya memungkinkan.