IUD
(INTRA UTERIN DEVICE)
Pada tahun 1909 Richter melaporkan pengalamannya dengan IUD yang terbuat dari usus ulat sutera. Grafenberg juga pada tahun 1909 memulai kerjanya dengan usus ulat sutera dan kemudian membuat lingkaran usus yang dipertahankan oleh suatu kawat yang mengandung Ag dan Cu. Pada akhir dasawarsa 1960-antenatal care Zipper menemukan IUD yang mengandung Cu, scommegna kemudian menemukan IUD yang mengandung hormon progesteron (progestasert – T)
Saat ini kurang lebih 85 juta wanita di seluruh dunia yang menggunakan IUD, dimana kira-kira 70% dari padanya ada di RRC. Dari data yang dikumpulkan pada tahun 1982, tercatat 2,2 juta wanita akseptor IUD di Amerika Serikat. Tetapi sejak tahun 1982, timbul sejumlah kejadian artikel yang terbit mengupas perihal konsekuensi serius dari infeksi pelvis yang menyebutkan IUD sebagai penyebab dari timbulnya infertilitas.
PENGGOLONGAN IUD
1. Un – Medicated Devices
Misalnya :
§ Lippes loop (dianggap sebagai IUD standart)
§ Delta loop : modified lippes loop
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post-partum
2. Medicated Devices
a. Mengandung logam
AKDR – Cu generasi pertama (First Generation Copper Devices)
§ CUT – 200 = Tatum – T
§ Cu – 7 = Gravigard
§ MLCU – 250
AKDR – Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices)
§ CUT – 380 A = paragard
§ CUT – 380 Ag
§ CUT – 220 C
§ Nova – T = novagard : mengandung Ag
§ Delta – T : modified Cut – 220 C
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post partum
§ MICU – 375
b. Mengandung hormon : progesterone atau levonorgestrel
§ Progestasert = Alza – T, dengan daya kerja 1 tahun
§ ING – 20 : mengandung levonorgestrel
Mekanisme Kerja IUD
Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping itu, dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi
3. Gangguan /terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii
5. Immbobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri
6. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuah sel telur (mencegah fertilisasi)
7. Untuk mengandung Cu
a. Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anydrase sehingga tidak memungkin terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phosphatse
b. Mengganggu pengambilan estrogen andogenous oleh mucosa uterus
c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium
d. Mengganggu metabolisme glikogen
Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempunyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari Cu sehingga Cu lebih lama habisnya.
8. Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone
- Gangguan proses pematangan proliferatif – sekretroir sehingga timbul penakanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual/progestational)
- Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin
Efektivitas IUD
1. Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal in-utero
Tanpa :
§ Ekspulsi spontan
§ Terjadinya kehamilan
§ Pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi
2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
- IUD-nya
§ Ukuran
§ Bentuk
§ Mengandung Cu atau progesterone
- Akseptor
§ Umur
§ Paritas
§ Frekuensi senggama
3. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui
a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD
b. Makin muda usia, terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran IUD
4. Dari uraian di atas, maka use-effectivensi dari IUD tergantung pada variabel administratif, pasien dan medis, termasuk kemudian insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis
Angka Kegagalan IUD
1. Belum ada IUD yang 100 % efektif
2. Angka kegagalan untuk
§ IUD pada umumnya : 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per tahun
§ Lippes loop dan first generation Cu IUD : dua kehamilan per 100 wanita per tahun
§ Second generation Cu IUD
<>
Kontraindikasi Insersi IUD
1. Kontra indikasi absolut
- Infeksi pelvis yang aktif (akut – sub akut) termasuk persangkaan gonorrhoe atau chlamydia
- Kehamilan atau persangkaan kehamilan
2. Kontra indikasi relatif kuat
- Partner seksual yang banyak
- Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
- Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
- Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang akuren, post partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir
- Cervicitis akut atau purulent
- Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
- Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik
- Pernah mengalami infeksi pelvik satu kali dalam masing menginginkan kehamilan selanjutnya
- Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, DM, dan lain-lain)
3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra – indikasi untuk insersi IUD
§ Penyakit katup jantung
§ Keganasan endometrium atau serviks
§ Stenosis serviks yang berat
§ Uterus yang kecil sekali
§ Endometriosis
§ Myoma uteri
§ Polip endometrium
§ Kongenital uterus
§ Dismenore yang berat
§ Anemia
§ Pernah mengalami problem ekspulsi IUD
§ Leukore atau infeksi vagina
§ Riwayat infeksi pelvis
§ Riwayat operasi pelvis
§ Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan dimasa yang akan datang
§ Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri rekor IUD
§ Darah haid yang banyak atau perdarahan bercak (spotting)
Insersi IUD
1. Permasalahan pada insersi IUD
- Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan
§ Ekspulsi
§ Kerja kontraseptif tidak efektif
§ Perforasi uterus
Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal yaitu :
§ Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya
§ Waktu / saat insersi
§ Teknik insersi
§ Penjelasan prosedurnya kepala calon akseptor
§ Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus
§ Tehnik a dan anti sepsis
§ Penempatan IUD setinggi mungkin di dalam uterus tanpa menembus myometrium
Ukuran dan Macam IUD
§ Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya
§ Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya
Waktu / Saat Insersi
a. Insersi intrval
Kebijakan sekarang
Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin seyakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.
b. Kebijakan lama
Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan :
§ Ostium uteri lebih terbuka
§ Canalis cervicalis lunak
§ Perdarahan yang timbul karena prosedur insersi
§ Tertutup oleh perdarahan haid yang normal
§ Wanita pasti tidak hamil
Tetapi akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena :
§ Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid
§ Dilatasi canalis servicalis adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid – siklus
§ Memudahkan calon akseptor pada setiap saat ia datang ke klinik KB
- Insersi Post – partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi. IUD yang dipakai atau dan yang sedang dicoba
§ Delta loop = modified lippes loop D
§ Delta T = modified cut – 220 C
Kedua IUD tersebut diberi benang chromic catgut pada lengan atasnya, dengan maksud benangnya akan tertanam ke dalam endometrium dan menahan IUD-nya di tempatnya selama involusi uterus. Benangnya secara perlahan-lahan akan larut dalam waktu 6 minggu.
§ Modified delta loop
§ Modified delta – T
Kedua IUD tersebut diberi tonjolan-tonjolan yang terbuat dari bahan polimer yang biodegradable yang akan larut secara perlahan-lahan.
§ Post partum T
Mempunyai lengan atas tambahan pada bagian bawah batang IUD, sepanjang 2 cm yang menjurus ke atas dan ke arah luar insersi IUD post-partum tidak mempunyai efek pada kuantitas atau komposisi dari ASI.
- Insersi Post – Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah :
§ Abortus trimester I
Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama seperti pada insersi interval.
§ Abortus trimester II
Ekspulsi 5 – 10 kali lebih besar dari pada setelah abortus trimester I
Dari penyelidikan ternyata bahwa lippes loop lebih sering menyebabkan komplikasi dibandingkan Cu IUD.
- Insersi Post – Coital
Pengukuran Uterus
1. Dari penyelidikan didapatkan bahwa efek samping lebih sering timbul pada ukuran uterus yang berada di luar batas-batas normal (6,5 – 8 cm)
2. Alat-alat yang dikembangkan untuk mengukur dengan lebih akurat panjangnya cavum uteri, misalnya
a. Hasson wing sound I
b. Hasson wing sound II untuk panjang dan lebar cavum uteri
c. Cavimeter
Teknik Insersi
Ada 3 cara :
§ Tehnik push out = mendorong : lippes loop
Bahaya perforasi lebih besar
§ Tehnik withdrawal = menarik : Cu IUD
§ Tehnik plunging = “mencelupkan” : progestasert – T
Prosedur Insersi IUD
1. Pemberian analgetika dan sedativa bila diperlukan
2. Pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding vagina
3. Bila mungkin, kerjakan papanicolaou smear dan perhatikan bakteriologis terhadap gonorrhoe
4. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi dan mobilitas uterus serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya
5. Pasang kembali spekulum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan dinding vagina
6. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mempengaruhi perdarahan dan resiko perforasi
7. Lakukan sondage uterus
8. Masukkan IUD sesuai dengan macam alatnya
Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi mungkin di fundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus, jangan dipaksakan keluarkan alatnya dan lakukan re – insersi
9. Keluarkan tabung insertersnya
10. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2 – 3 cm dari ostium uteri eksternum
11. Keluarkan tenakulum dan spekulum
Catatan : IUD jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di dalam tabung insersinya, karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama untuk lippes loop).
Uraian Macam-Macam IUD
1. Un-Medicated IUD
Lippes loop
§ Diperkenalkan pada awal 1960-antenatal care dan dianggap sebagai IUD standard, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah barium sulfat
§ Ada empat macam IUD lippes loop
§ Cara insersi : push – out
§ Lippes loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya
2. Medicated IUD
Copper IUD
Yang paling kenal sampai saat ini adalah :
§ Cut – 200 : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm2 Cu (luas permukaan Cu-nya)
Tatum T : daya kerja : tiga tahun
Cara insersi : withdrawal
§ Cut – 200 B : seperti Cut – 200, tetapi ujung bagian bawah batang IUD berbentuk bola
§ Cut – 200 Ag : seperti Cut – 200, tetapi mengandung inti Ag di dalam tembaganya
§ Cut – 220 C : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm2 Cu di dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya.
Dava kerja : tiga tahun
Cara insersi : withdawal
§ Cut – 380 A : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2 pada masing-masing lengan horizontal. Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun)
§ Cut – 380 Ag : seperti Cut – 380 A, hanya dengan tambahan inti Ag di dalam kawat Cu-nya. Daya kerja : 5 tahun
§ Cut – 380 S : Cut – 380 slimline
Selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung lengan horizontalnya dan beberapa di dalam plastiknya. Daya kerja : 2,5 tahun
§ Nova – T : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu dengan anti Ag di dalam kawan Cu-nya.
Daya kerja : 5 tahun
Cara insersi : withdrawal
§ ML Cu – 250 : 220 mm2 luas permukaan kawat Cu
Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna.
Daya kerja : 3 tahun
Cara insersi : withdrawal
Ada tiga bentuk Ml Cu – 250
§ Standar : panjang 35 mm, lebar 18 mm
§ Short : panjang 29 mm, lebar 18 mm
§ SL : panjang 24 mm, lebar 18 mm
§ Cu – 7 : panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200 mm2 luas permukaan Cu, mempunyai tabung inserter diameter paling kecil dibandingkan tabung inserter IUD lain-lainnya sehingga dapat dianjurkan untuk nulligravid.
Daya kerja : 3 tahun
Cara insersi : withdrawal (dapat pula push-out)
§ MPL – Cu 240 Ag : 240 mm2 luas permukaan Cu, dengan inti Ag di dalam kawat Cu nya
Daya kerja : 3 – 5 tahun
Cara insersi : withdrawal
Ada 3 bentuk MPL – Cu 240 Ag :
Ukuran 0 : panjang 26 mm, lebar 18 mm, untuk kuran rahim, 7 cm atau nuligravid
Ukuran 1 : panjang 31 mm, lebar 23 mm, untuk ukuran rahim 7 – 8 cm
Ukuran 2 : Panjang 25 mm, lebar 30 mm, untuk ukuran rahim, 8 cm atau para – 4 atau lebih
§ Utering 330 Cu : terbuat dari plastik polyethylene, dengan lebar tepi diagonal 15 mm, kawat Cu berdiameter 0,4 mm dengan luas permukaan Cu lebih dari 300 mm2, melingkari sekitar batangnya dan tanpa benang ekor. Tabung inserter berdiameter 4 mm.
Daya kerja : 3 tahun
Pengeluaran : dengan ekstraktor IUD
Keuntungan Cu IUD :
§ Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post partum maupun post abortus
§ Kehilangan darah haid lebih sedikit
§ Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan paritas rendah
§ Ukuran tabung inserter lebih kecil
Kerugian Cu IUD
§ Perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun
§ Lebih mahal
IUD yang mengandung Hormon
Progestasert – T = Alza T
1. Panjang 86 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam
2. Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari
3. Tabung inserter-nya berbentuk lengkung (meniru lekuk lengkungan cavum uteri)
4. Daya kerja : 18 bulan
5. Tehnik insersi : plunging (modified withdrawal)
Keuntungan IUD yang mengandung hormon yaitu mengurangi volume darah haid (dapat sampai dibawah tingkat pra – insersi)
Kerugian IUD yang mengandung hormon
§ Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
§ Harus diganti setelah 18 bulan
§ Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak/spotting
§ Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
Efek samping dan komplikasi IUD
Efek samping dan komplikasi IUD dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Pada saat insersi
2. Dikemudian hari
Efek samping dan komplikasi pada saat insersi IUD
§ Rasa sakit / nyeri
Pengobatan : analgetika atau prostaglandin – inhibitor
§ Muntah, keringat dingin dan syncope
- Terjadi pada 1%
- Penyebab : reaksi vaso – vagal
- Pencegahan : pemberian atropin 0,4 – 0,5 mg IM / IV, sedativa ringan dan anastesi lokal
- Pengobatan : istirahat dalam posisi horizontal
§ Perforasi uterus
- Angka kejadian kira-kira 1,2 per 1000 insersi IUD
- Lebih sering terjadi pada tehnik insersi push – out
- Perforasi dapat :
- Partial
- Komplit
- Gejala-gejala perforasi
- Rasa sakit / nyeri yang tiba-tiba perdarahan
- Tetapi perforasi dapat pula a – symptomatis atau silent
- Di kemudian hari persangkaan adanya perforasi
o Benang ekor IUD tidak teraba dan tidak terlihat dan akseptor tidak pernah merasa IUD-nya keluar pervaginam
o Perdarahan post insersi
o Kehamilan
Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari
o Rasa sakit dan perdarahan
a. Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian IUD, yaitu kira-kira 4 – 15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian rasa sakit dan perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD
b. Perdarahan yang bertambah banyak dapat berbentuk :
o Volume darah haid bertambah, kecuali pada IUD yang mengandung hormon
o Perdarahan yang berlangsung lebih lama
o Perdarahan bercak/spotting diantara haid
Sebab-sebab dari timbulnya perdarahan haid yang lebih banyak (menorrhagi) belum diketahui pasti
o Embedding dan displacement
IUD tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrim
Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan
o Infeksi
a. Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan pemakaian IUD
b. Akseptor IUD mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non akseptor KB. Risiko timbulnya PID terutama dalam bulan-bulan pertama setelah insersi IUD (empat bulan pertama)
c. Penyakit akibat hubungan seks (PHS)
Partner seksual yang banyak
d. Umur
Di negara-negara yang sedang berkembang, resikonya sama untuk wanita usia muda maupun usia tua sedangkan di negara-negara maju risiko lebih besar pada wanita <>
Memasukkan Lengan AKDR Coppert 308 A Di dalam Kemasan Sterilnya
Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau memasukkan lengannya sampai dipastikan bahwa klien dapat dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan panggul, termasuk pemeriksaan spekulum dan bimanual). Jangan memasukkan lengan AKDR dalam tabung inserter lebih dari 8 menit sebelum dimasukkan ke dalam uteru. (Pada waktu memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya tidak perlu memakai sarung tangan steril dan DTT).
Langkah 1
Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter (sebagian batang AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum dibuka) dan ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada didekat tempat membuka kemasan.
Langkah 2
Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih dengan kertas penutup yang transparan berada di atas, buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari tempat AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru.
Langkah 3
Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai AKDR keluar dari tabung inserter) kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka dilipat ke setiap sisinya dan dipegang mengangkat, sehingga pendorong tetap steril waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung batang AKDR.
Langkah 4
Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke atas.
Langkah 5
Pegang dan tahan ke2 ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukuran dan ujung kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga lengan AKDR berada di atas pengukur, sambil tetap memegang ujung ke 2 lengan, dorong inserter dengan di tangan kanan sampai ke pangkal lengan.
Langkah 6
Tahan ke 2 lengan yang sudah berlipat lipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati ke 2 ujung lengan, kemudian dorong kembali dan putar ke 2 ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter, sehingga tabung inserter jangan didorong terus kalau sudah terasa ada tahanan.
Langkah 7
Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter. Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang AKDR) sama panjangnya dengan ke dalaman kavum uteri yang lelah diukur dengan sone. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal sebidang dengan lengan AKDR.
Langkah 8
AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus, buka seluruh penutup transparan secara hati-hati, pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal agar AKDR dan pendorong tidak jatuh, jangan melepas AKDR sebelum tabung inserter mencapai fundus. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh permukaan yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.
Pemasangan AKDR Coppert T 380 A
Langkah 1
Tarik tenakulum (yang masih menyepit serviks sesudah melakukan sonda uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus, masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke dalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
Langkah 2
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).
Langkah 3
Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter. Setelah pendorong keluar dari tabung inserter. Dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.
Langkah 4
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3 – 4 cm, potong benang tersebut dengan menggunakan gunting maya yang tajam.
Dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu keluarkan seluruh tabung insertes dari kanalis servitalis. Gunakan forsep untuk menjepit benang AKDR kurang lebih 8 – 4 cm dari lubang serviks. Frosep didorong ke arah uterus dan potong benang di depan jepitan forsep. Sehingga benang yang tersembul hanya 3 – 4 cm, memotong benang dengan menggunakan cara ini dapat mengurangi resiko tercabut AKDR lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahan berhenti.
Pencabutan AKDR Copper T 380 A
Langkah 1
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persiapan klien untuk bertanya.
Langkah 2
Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
Langkah 4
Pencabutan normal. Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klam lurus atau lengkung yang sudah didisenfeksi tingkat tinggi dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat AKDR biadanya dapat dicabut dengan mudah untuk mencegah benangnya putus tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR pelan-pelan.
Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klem tidak mengeluh sakit, bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uteru dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem jangan menggunakan tenaga yang besar.
Langkah 5
Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dua kondisinya memungkinkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar